Mengenal Pintu Air Katulampa

Bendungan atau Empangan atau istilah pinjaman Inggris dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan. Debit air pada suatu waduk/dam bisa didapat dari aliran sungai, curah hujan maupun mata air.

Ada berbagai peruntukan atau fungsi bendungan yang dibuat seperti irigasi mengairi persawahan, air bersih dll. Kali ini mimin Jagat Mapala memberikan pemahaman tentang cara kerja bendungan Katulampa yang berlokasi di Bogor.

Bendungan Katulampa  dibangun pada tahun 1911 dengan tujuan sebagai peringatan dini atas air yang sedang mengalir ke Jakarta serta sarana irigasi pada lahan seluas 5.000 hektare yang terdapat pada sisi kanan dan kiri bendung. Pada saat musim hujan, bendungan ini bisa dilewati air dengan rekor debit 630 ribu liter air per detik atau ketinggian 250 centimeter yang pernah terjadi pada tahun 1996, 2002, 2007, dan 2010. 

Bendungan karya Ir. Hendrik van Breen ini memiliki panjang total 74 m, dengan 5 inlaatsluis (pintu untuk mengalirkan arus ke kawasan di bawah), 3 spuisluis (pintu untuk menahan air, jika volume air berlebihan dan mengancam kawasan bawah), dengan lebar masing-masing pintu 4 m.

Bendungan yang dibangun pada masa penjajahan Belanda ini memiliki fitur-fitur antara lain pengontrol dasar sungai atau consolidation dam, jembatan Katulampa, dan pembuatan alat ukur saluran induk, untuk mencatat curah hujan. Air dari hulu sungai di daerah Telaga Warna, Puncak, Cisarua, dan anak Sungai Ciliwung alirannya melewati Bendung Katulampa. Dari Katulampa, sebagian air Ciliwung dialirkan lewat pintu air ke Kali Baru Timur, saluran irigasi yang dibangun bersamaan dengan Bendungan Katulampa.

Dulu, Air Kali Baru Timur dipakai untuk mengairi sawah yang di daerah antara Bogor dan Jakarta. Tapi sekarang karena areal persawahan di Jakarta sudah habis, dan di Bogor serta Cibinong hanya tersisa sedikit, fungsi irigasi ini dihentikan. Petugas di Bendung Katulampa secara rutin memantau dan mencatat perkembangan ketinggian air, debit air, dan curah hujan setiap jam selama 24 jam dan semua data harian dimasukkan ke buku laporan bulanan. Petugas akan melakukan buka tutup pada pintu air berdasarkan situasi dan kondisi tertentu dengan tujuan mengendalikan aliran air yang akan mengaliri sejumlah sungai menuju laut.

Batasan status ketinggian permukaan air

Ketinggian permukaan air <79cm = aman

Ketinggian permukaan air 80-149cm = Siaga 3 / waspada

Ketinggian permukaan air 150-199cm= Siaga 2 / kritis

Ketinggian permukaan air >200cm = Siaga 1 / Bencana

(FA)

 


Komentar (0)

Silakan login untuk mengisi komentar